Ambalat beberap tahun ini menjadi rebutan antara Indonesia dan Malaysia, dan belum lama ini kapal perang malaysia kembali memasuki perairan ambalat yang telah diklaim oleh Indonesia, hal itu tentu mengulangi kasus Ambalat di tahun 2005 dimana kapal perang Malaysia juga pernah memasuki wilayah itu. Tindakan Malaysia itu mendapat reaksi keras di dalam negri Indonesia, banyak pihak yang menyarankan agar pemerintah Indonesia bertindak tegas terhadap kapal perang Malaysia tersebut.
Potensi perang memang ada pada kedua belah pihak, jika Indonesia bertindak tegas dan Malaysia memberi respon yang sama.
Malaysia akhir-akhir ini memang kepedean, merasa lebih maju secara ekonomi dari Indonesia yang memang sedang morat-marit perekonomianya. Ditambah lagi merasa dibutuhkan dengan banyaknya TKI yang bekerja di negrinya, dan yang pasti Malaysia merasa pede dengan alutsista yang mereka miliki di banding yang dimiliki Indonesia, terutama jika terjadi perang udara, lihat saja mereka mempunyai pesawat tempur F/A-18D yang kelasnya berada diatas F-16 milik Indonesia, atau sepadan dengan SU-27 dan SU-30 milik Indonesia. Perlu dicatat Malaysia juga memiliki pesawat tempur jenis sukhoi ini, yaitu Su-30, bahkan jumlahnya lebih banyak yaitu 18 dibanding Indonesia yang hanya 4, belum lagi mereka masih mempunyai pesawat canggih buatan rusia lainnya yaitu Mig-29 Fulcum.
Beda ceritanya jika perang di laut, Indonesia masih sedikit unggul terutama dalam hal kuantitas, meskipun kebanyakan diperkuat oleh armada tua. Kapal-kapal perang Indonesia yang dipersiapkan adalah kapal perusak kawal rudal kelas fatahillah, kapal cepat roket kelas mandau, kapal cepat torpedo kelas ajak, kapal buru ranjau kelas pulau rengat.
Sementara Malaysia mempersiapkan kapal fregat generasi 90-an, fregat 80-an dan korvet kelas laksamana yang merupakan generasi tahun 1995, memang lebih modern dari kapal-kapal Indonesia.
Namun kadangkala keunggulan persenjataan tidak menjamin kemenangan, banyak sejarah yang membuktikan itu, namun secara matematis memang persenjataan yang lebih berkualitas dan lebih banyak itulah yang diunggulkan, namun untuk kasus Indonesia vs Malaysia masih fifty-fifty lah..
Memang salah satu kelemahan terbesar dari Indonesia adalah soal kocek yang seret, sehingga mengalami kesulitan dalam memelihara alutsistanya.
Sumber: www.alutsista.blogspot.com
02 June 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Konflik jeung malaysia emang aya wae euy...
Piraku kajadian thn 60an terulang deui mah enggeus dua pulau bareto keur jaman soekarno jatuh k malaysia,geus 2 kesenian(reog ponorogo N anglung) diaku ku malaysia piraku ambalat rek direbut oge???,tapi mun kudu perang hadapi weh lah... da urang aya dipihak nu bener,ngan mudah2an aya jalan keluarna(aya kesepakatan bersama) ,tong perang lah.amin...
Ner bro..! Makana bangsa urg kudu tegas n boga pndirian, ulah loba teuing tergantung ka batur, jadi pihak luar teh rada segen mun kitu mah...Keh..Keh..
Tapi pertanyaannya adalah: apakah yang bisa kita lakukan ? seberapa kuat kita ? seberapa mampu kita ? seberapa beraninya kita ? Melihat ribuan TKI dihina dan diperlakukan sebagai binatang juga pemerintah tidak berbuat apa-apa, menanggapi reog Ponorogo yang diklaim sebagai budaya Malaysia juga pemerintah tidak bereaksi. Melihat manuver kapal Malaysia di perairan Ambalat, TNI AL sudah mencoba menghalau tapi akan mampu seberapa jauh ? Sedangkan persenjataan kita mungkin hanya separuh saja yang masih layak digunakan.
Memang menjadi dilema..,ini salah satu efek negara yg mempunyai tingkat korupsi yg tinggi, negara yg mestinya gemuk dan kuat karena kekayaan alamnya, malah kurus kering digerogoti virus korupsi.
pdhal jika finansial suatu negara kuat, maka akan berimbas pada kekuatan militernya, karena ia akan mampu membuat atau membelì dan memelihara alutsista.
tapi apapun keadaanya Indonesia harus punya sikap yang tegas.
Post a Comment