05 February 2010

Coca Cola vs Pepsi

Dua perusahaan cola kelas dunia Coca Cola dan Pepsi seakan tak pernah berhenti bertarung memperebutkan pasar di bisnis minuman ringan. Sejak dua merek tersebut ditahbiskan, masing-masing pada tahun 1886 dan 1903 antara keduanya sudah terjadi persaingan, saling sikut dan perang iklan, baik iklan cetak dan video. Mereka berambisi bisa meraih dominasi pasar minuman ringan berkarbonasi. Bisa dimaklumi kalau terkadang masalah etika sedikit terkesampingkan.
Salah satu iklan pepsi pada tahun era 1980-an ada yang berjudul "Earth: Sometime in the Future". Di gambarkan seolah-olah kondisi bumi di masa depan. Ada seorang guru yang membawa murid-muridnya berjalan-jalan kesebuah situs arkeologi. Sambil berjalan-jalan, murid-murid tersebut inum pepsi. Disana mereka menemukan berbaga benda yang merupakan artifakdari masa lalu. Benda pertama adalah bola bisbol. Yang kedua adalah gitar.
Nah, benda ketiga yang ditemukan tidak jelas bentuknya Karen asudah tertutup debu dan tanah. Sang guru lalu langsung membersihkan benda tersebut, dan akhirnya benda tersebut menampakan wujud aslinya. Murid-murid bertanya, apa benda itu? Dijawab oleh sang guru. "I have no idea." Anda tau benda apa itu? Ternyata itu adalah sebuah botol Coke! Iklan tersebut kemudian di akhiri dengan tulisan "Pepsi: The Choice of a New Generation."
Kurang ajar, bukan? Memang, dari dulu pepsi selalu membuat iklan-iklan komparasi yang "menghantam" Coke. Pepsi ingin mereposisi Coke sebagai kola yang kuno, Colanya orang tua. Tapi, Coke juga tidak tinggal diam. Coke juga pernah membuat iklan untuk merespon kampanye "Pepsi Challenge" pada tahun 1985.
Ketika itu pepsi pernah melakukan blid test. Orang diminta memilih, nama yang mereka sukai dari dunia minuman Kola tanpa merek yang mereka minum. Kedua minuman itu di ketahui masing-masing adalah Cola dan Pepsi. Hasilnya? Pepsi mengklaim bahwa kebanyakan orang lebih suka minum Pepsi ketimbang Coke.
Nah selain merespon dengan mengeluarkan "New Coke" yang menjadi salah satu marketing failure paling terkenal itu, Coke juga sempat mengeluarkan iklan. Isinya membandingkan "Pepsi Challenge" dengan kisah dua ekor simpanse yang sedang memutuskan, bola tenis mana yang bulu nya paling banyak! Kurang ajar, bukan? Memang, perang antara kedua kola ini sudah berlangsung turun-menurun dan tambah jadi menarik untuk di nikmati.
Saya sendiri juga pernah berkunjung di museum Coke di Atlanta, Amerika Serikat. Musium yangt namanya " The World of Coca-cola" ini menampilkan sejarah Coke lengkap dengan iklan-iklan yang terkenal dari masa ke masa. Iklan-iklan tersebut berasal dari seluruh dunia. Disini juga ada botol Coke dari berbagai Negara. Ditampilkan juga berbagai pengaruh Coke terhadap pop culture. Ada benda-benda seni yang terbuat dari botol dan kaleng Coke, yang salah satunya adalah karya artis terkenal Andy Warhol.
Ini menunjukan bahwa Coke menghargai keragaman budaya local dari masing-masing bangsa. Di China, nama Coca-cola bahkan sengaja di sesuaikan dan ditulis dwngan empat kharakter huruf mandarin yang di eja sebagai "ke kou ke le" yang bias diartikan sebagai "delicious happiness".
Dalam soal budaya, Coke memang dianggap lebih berpengaruh ketimbang pepsi. Tokoh Santa Clause yang kita kenal sekarang seorang kakek tua berkumis dan berjanggut panjang berwarna putih dengan pakaian berwarna merah putih disebut-sebut dipopulerkan pertama kali oleh Coke pada tahun 1930-an lewat iklan-iklannya.
Sementara itu, Pepsi selalu berupaya menampilkan citra sebagai Kola yang lebih muda dari pada Coke. Pepsi selalu memanfaatkan selebritis yang dekat pada anak muda pada masanya. Selebritis mulai dari Michael Jakson,Madonna,Britney Spears,David Beckham,Spice Grils,F4 sampai ke Jay Chow sempat menjadi brand endorses Pepsi.
Perang Kola ini terus berlanjut ke internet. Pepsi meluncurkan kembali program "Pepsi Stuff" pada tahun 2005 lalu, yang kemudian di respon Coke dengan kemudian meluncurkan program " Coke Rewards". Keduanya adalah loyalty program yang memberikan hadiah kepada pelanggan yang berhasil mengumpulkan sejumlah poin secara online.
Berbagai kisah diatas menunjukan bahwa kedua merek sama-sama hebat. Mereka sama-sama ingin menjadi merek yang Horizontal. Kalau Coke menempuh pendekatan secara budaya local, Pepsi ingin memposisikan diri sebagai merek anak muda yang selain merupakan symbol masa depan, juga merupakan symbol horizontal.
Tidak ada yang mau jadi Legacy Brand. Tidak ada yang mau jadi Vertikal Brand. Inilah contoh produk komoditas, Produk yang bukan hanya Low-technology, namun malah no-technology dan kuno.
Sumber: http://community.gunadarma.ac.id/user/blogs/view/name_Cornel-Ajah/id_4664/title_tugas-sim-artikel-persaingan-bisnis/

No comments:

Translate To :

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified